Desa Seboro & Desa Rawan di Krejengan Kab. Probolinggo tempat Panglima Perang Mpu Nala

 

Desa Seboro & Desa Rawan di Krejengan

Kab. Probolinggo tempat Mpu Nala

 



Perdikan Kambang Rawi-di Desa Rawan dan Desa Seboro-Kec. Krejengan-Kab. Probolinggo-Jawa Timur

 

    Mpu Nala atau Mpu Lembu Nala merupakan Panglima Tentara Majapahit yang menjabat sejak Majapahit diprintah oleh Tribwana Tunggadewi hingga Hayam Wuruk. Dalam struktur pemerintahan kerajaan Majapahit menjabat sebagai Panglima Perang yang disebut Rakryan Tumenggung.

    Kedudukakn Mpu Nala sebagai Panglima Perang Majapahit didasarkan pada lima sumber sejarah, yaitu (1) Kakawin Nãgarakṛtãgama atau Deçawarṇana (2) Prasasti Prapancasarapura (3) Prasasti Batur (4) Prasasti Bendasari, dan (5) Prasasti Sekar.

    Menurut Kakawin Nãgarakṛtãgama pada Pupuh 31 dan 72 disebutkan bahwa jabatan yang diemban Mpu Nala adalah sebagai Panglima Perang (Rakryan Tumenggung), selain itu ia juga disebut sebagai seorang penganut agama Budha. Mpu Nala dalam naskah tersebut juga disebutkan sebagai orang yang telah sukses melakukan misi penaklukan Dompo, yaitu salah satu Negeri yang berada di Pulau Sumbawa yang disebut-sebut Gajah Mada dalam sumpah Palapanya.

Berikut ini adalah petikan Kakawin Nãgarakṛtãgama pada Pupuh 31

"..Kalayu ditinggalkan, perjalanan menuju Kutugan. Melalui Kebon Agung, menuju Kambangrawi, bermalam. Tanah anugerah Sri Nata kepada Tumenggung Nala. Candinya Budha menjulang tinggi, sangat elok bentuknya. Perjamuan Tumenggung Nala jauh dari cela. Tidak diuraikan betapa lahap Baginda Nala bersantap. Paginya berangkat lagi ke Halses, Bʹrurang, Patunjungan. Terus langsung melintasi Patentanan, Tarub dan Lesan.."

Petikan Kakawin Nãgarakṛtãgama pada Pupuh 72

"..Itulah putusan rapat tertutup. Hasil yang diperoleh perundingan. Terpilih sebagai wredda menteri karib Baginda bernama Mpu Tadi. Penganut karib Sri Baginda Nata. Pahlawan perang bernama Mpu Nala. Mengetahui budi pekerti rakyat Mancanegara bergelar Tumenggung. Keturunan orang cerdik dan setia. Selalu memangku pangkat pahlawan. Pernah menundukkan Negara Dompo, Serba ulet menanggulangi musuh..."

Demikian pula dalam Prasasti Prapancasarapura terdapat teks:

Maharaja: Çrĩ Tribhuwanottuṅgadewĩ Jayawiṣṇuwarddanĩ,

Rakryan Patih: Mpu Gajah Mada 

Rakryan Tumenggung: Mpu Lembu Nala.

Teks prasasti tersebut menunjukkan bahwa Mpu Nala menjabat sebagai Rakryan Tumenggung ketika penguasa Majapahit dipimpin oleh Raja Wanita bernama Çrĩ Tribhuwanottuṅgadewĩ Jayawiṣṇuwarddanĩ dan Patihnya bernama Mpu Gajah Mada.

Sumber lain terdapat dalam Prasasti Batur, Bendasari dan Prasasti Sekar terdapat teks;

Maharaja: Çrĩ Rãjasanagara/Hayam Wuruk

Rakryan Patih: Mpu Mada

Rakryan Tumenggung: Mpu Nala.

    Dari sumber-sumber tersebut di atas menjelaskan, bahwa Mpu Nala menjabat sebagai Rakryan Tumenggung mendampingi Patih (Perdana Mentri) Gajah Mada ketika Majapahit di pimpin oleh Prabu Hayam Wuruk.

Dari sumber-sumber tersebut pula dapatlah dipahami bahwa Mpu Nala memang seorang Panglima Perang Tentara Kerajaan Majapahit (tidak hanya panglima angkatan laut) yang menjabat sejak zaman Tribwana Tunggadewi Hingga Masa Hayam Wuruk. Dalam garis komando ketentaraan, Rakryan Tumenggung berada pada urutan setelah Raja dan Patih (Mahapatih/Perdana Mentri).

Ketika Patih Gajah Mada wafat, Mpu Nala oleh Hayam Wuruk tidak dinaikkan pangkatnya menjadi Patih karena sudah terlalu tua. Di usia senjanya, Mpu Nala dinaikkan pangkatnya sebagai Wreda Mantri atau Menteri Senior yang fungsinya sebagai penasehat Raja atau sebagai pejabat pengawas.

Selama menjabat sebagai Panglima Perang Majapahit, Mpu Nala diharuskan dapat mewujudkan sumpah Patih Gajah Mada yaitu menyatukan negeri-negeri di Nusantara.

 

Di manakah Perdikan Kambang Rawi?

Perdikan Kambang Rawi-Desa Seboro-Desa Rawan di Kec. Krejengan


     Menurut catatan Prapanca dalam kitab Negara Kertagama, perjalanan Hayam Wuruk menuju Pajarakan berhenti dua kali, yaitu di Kalayu (Jejabung-Jabung) dan Kambang Rawi. Kedua tempat tersebut digambarkan sebagai desa perdikan (desa yang dibebaskan dari pembayaran pajak) yang bersifat Buddhis. Kalayu-Jabung adalah tempat pendharmaan seorang keluarga raja.

    Sedangkan tanah di Kembang Rawi merupakan anugerah raja kepada Mpu Nala karena telah banyak berjasa di medan perang, ia diangkat sebagai menteri senior di Majapahit bersama Arya Atmaraja, dan Mpu Tandhi selama 15 tahun.

Di manakah Kembang Rawi?

    Dalam perjalanan Hayam Wuruk dari Binor (Paiton) ke Pajarakan terdapat 12 nama desa yang dicatat oleh Prapanca sepanjang jalan tersebut, namun saat ini hanya ada dua desa yang dapat diidentifikasikan secara meyakinkan yaitu Lesan dan Kebwang Ageng.

    Letak Candi Jabung yang tidak jauh dari muara Sungai Pancaralagas, dapat diperkirakan bahwa pada mulanya rute yang dilalui raja dari Binor tetap mengikuti garis pantai dan tidak membelok ke arah selatan. Dengan demikian, kedua desa yang dicatat oleh Mpu Prapanca dalam perjalanan ke Kalayu, yakni Gebang Kerep dan Gelam perlu dicari diantara Binor dan Jabung Candi.

    Di Desa Sumberrejo sebelah utara jalan raya Paiton, terdapat sebuah peninggalan purbakala berupa arca serta sejumlah balok dari batu andesit yang mungkin mewakili Gebang Kerep lama. Jika demikian, Gelam dapat ditetapkan di sekitar Desa Karang Anyar dan Randu Merak.

    Rombongan Majapahit selanjutnya beristirahat beberapa malam di Kalayu untuk upacara kerajaan, kemudian berangkat lagi melalui Kutugan dan Kebwang Ageng (Sekarang Desa Kebon Agung-Kraksaan?) sebelum berhenti di Kembang Rawi.

    Sementara itu, menurut naskah Calon Arang menyebutkan rute perjalanan yang ditempuh oleh Mpu Bharada dari Pajarakan ke arah timur melewati Lesan, Sekar Rawi, dan Gading. Desa Gading terletak di sebelah tenggara, tidak mustahil bahwa nama Sekar atau Kambang Rawi dapat ditemukan kembali di Desa Rawan yang berdampingan dengan sebuah dusun bernama Dusun Kembang yang masuk Desa Seboro Kecamatan Krejengan. Ditulis oleh Mpu Prapanca, bahwa di Perdikan Kambang Rawi memiliki candi Budha yang menjulang tinggi dan sangat elok bentuknya.

    Di tempat ini Baginda Hayam Wuruk dan rombongan dengan jumlah yang banyak bermalam. Bila demikian, masih adakah suatu situs tertentu sebagai bukti sejarah adanya Perdikan Kambang Rawi sebagai tempat Panglima Perang Mpu Nala di desa-desa situ?

    Suatu sumber menyatakan, bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat mengestimasi ada 106 benda bersejarah yang pada tahun 2014 diajukan jadi cagar budaya ke pemerintah pusat. Ke 106 objek bersejarah yang diajukan sebagai cagar budaya itu terdiri atas empat kategori. Yakni, kategori benda, kategori bangunan, kategori struktur, dan kategori situs.

Apa pun adanya, sejarah nerupakan bagian dari sejarah kebudayaan dan peradaban bangsa Indonesia.

Sumber artikel: https://www.historyofcirebon.id/.../09/riwayat-mpu-nala.html

Sumber foto/gambar: dan https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_Borobudur

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Jabung Baginda Hayam Wuruk berselirkan seorang putri cantik