Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

PADAMNYA BAHASA DAERAH

Gambar
Tanyakan Kepada Suku-Suku di Negeri Bhinneka Tunggal Ika ini . Saya memang suku Jawa, tapi maaf saya sudah tak tahu bahasa itu! Kalimat itu bukan diungkapkan oleh orang Suriname keturunan/bermoyang suku Jawa, namun oleh seorang terpelajar suku Jawa asal Jawa yang smart dan fasih dalam beberapa bahasa asing, diantaranya bahasa Inggris, Jepang, dan China. Salahkah dia bila sebagai orang suku Jawa namun tidak bisa berbahasa Jawa???  Hal ini sebaiknya dipertanyakan juga kepada atas nama suku-suku bangsa yang berjubel di negeri Bhinneka Tunggal Ika ini, seperti suku-suku di Papua, Sumatera, Kalimantan, Nias, Madura, Sulawesi atau pada suku-suku di pulau-pulau terkecil yang jauh di sana. Jawabannya kemungkinan seperti ini:  Ada yang masih bisa berbahasa secara lisan dan tulisan, namun ada juga yang hanya bisa berbahasa lisan, namun tidak bisa berbahasa tulisan. Hal ini kemungkinan sekali disebabkan oleh belum adanya pembakuan dan standarisasi bahasa daerah (lokal) tersebut.  Dan jaw

MAJALAH SKUL

Gambar
BOS Sekolah Gratis Gusur Ekstrakurikuler Tergantung Kesepakatan Antara Sekolah Dengan Komite Dengan adanya BOS yang identik dengan sekolah gratis dan pelarangan adanya sekolah menarik uang dari siswa (orang tua) dengan dalih-dalih tertentu berdampak pada kegiatan ekstrakurikuler. Tedapat banyak sekolah yang terpaksa memangkas, melenyapkan atau tidak lagi memprogramkan kegiatan ekstrakurikuler, selain pramuka. Karena pramuka ketentuannya mewajibkan. Walau namanya BOS, namun uang BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH tidak diperbolehkan untuk membiayai kegiatan-program ekstrakurikuler, walau dilakukan oleh sekolah. "Pakai BOS gak boleh, narik uang gak boleh... lalu mau apa lagi? Ya terpaksa memangkas atau melenyapkan bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah pun dilaksanakan dengan batas-batas yang diperbolehkan oleh BOS saja. Dengan kondisi ini sulit sekolah melakukan kegiatan eksperimental, kreatif, dan inovatif, karena disebabkan oleh batas-batas, bahkan minimnya biaya penduku

Sketsa Jurnal untuk Guru dan Pengawas Sekolah

Gambar
GURU & APSI PAMEKASAN AKTIV BERKARYA TULIS Menulis suatu karya tulis, seperti karya tulis tindakan kelas bagi para guru, terutama guru sekolah dasar (SD) di Kabupaten Pamekasan-Madura, pada awalnya (sekitar tahun 2014) memang terpaksa menulis karena tuntutan aturan profesi, yaitu kewajiban setiap guru, terutama yang akan naik golongan untuk menuliskan suatu karya ilmiah dan dipublikasikan. Diakui oleh beberapa orang guru, pada awalnya menulis karya ilmiah, walau sudah ditentukan sta ndar dan juklaknya, namun masih dirasakan berat. Hal itu terasa sekali para guru yang sudah tua. Namun seiring perjalanan waktu, dan kini di tahun 2017 ini kegiatan menulis suatu karya tulis ilmiah telah berubah tujuan dan manfaatnya dan tidak lagi menjadi suatu beban yang terpaksa harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan aturan lagi. "Menulis karya tulis tindakan kelas telah menjadi kebutuhan yang memberikan nikmat," ungkap seorang guru SD yang tidak mau dituliskan namanya.  Men