Perkutut Majapahit Kul Buntetkah???
Perkutut Majapahit Kul ???Buntetkah
Burung perkutut Majapahit jantan yang kuberi nama "Wijaya Kusuma atau Wiku" kubeli dari seorang penangkar burung perkutut di Mojokerto tahun 2016 saat Wiku berumur 3-4 bulan dengan harga yang lumayan mahal.
Saya tahu, burung Perkutut Majapahit itu termasuk burung perkutut Jawa lokal yang berbeda dengan burung perkutut Bangkok. Beda pada fisik dan suaranya (kicaunya). Perbedaan yang mencolok dan mudah diketahui oleh seorang awam pun, antara lain:
1. ukuran tubuh Perkutut Majapahit lebih kecil dari Perkutut Bangkok;
2. ukuran leher Perkutut Majapahit pendek. sedang leher Perkutut Bangkok jauh lebih panjang;
3. kicau Perkutut Majapahit pendek-pendek, namun bersuara kristal dengan tekanan: Huur ke te kuk (faktor leher pendek), sedangkan kicau Perkutut Bangkok secara umum lebih panjang dan melantun, dengan tekanan: Klao kuk-kuk-kuk-kuuuk. (faktor leher panjang).
Karena suara atau kicaunya itu banyak orang yang memelihara burung perkutut asal Thailand, negeri tetangga tersebut.
Mengapa saya membeli burung perkutut Majapahit?
Yah, mengapa saya membelinya? Jawabannya....hanya karena "suka dan merasakan kalau Perkutut Majapahit memiliki nuansa keanggunan." Perasaan yang demikian itu tidak kurasakan untuk burung-burung lainnya yang kupelihara (perkutut Bangkok, Jalak, Kacer, Love Bird, Trucukan, dan Cendhet).
Selanjutnya......, seorang saudara datang, sekedar dolan. Dari perputaran obrolan, tiba-tiba saudara saya menyatakan keinginannya membeli "Wiku" perkutut Majapahitku dengan menawarkan harganya. Saya cukup kaget. "Coba beli aja perkutut di bursa online," jawabku. Namun saudaraku itu menyatakan hanya ingin membeli "Wiku." Yah, sekali lagi jawaban nurut peraaanku pun serta-merta langsung menjawab "tidak menjual Wiku. Saudaraku itu tertawa. Saat akan pulang ia pun sempat memberikan harapan padaku, kalau mau menjual "Wiku" jangan ke orang lain, tapi hanya ke dia! Loh!
Hal penawaran membeli "Wiku" dari saudaraku itu terus terang saja cukup menggangguku dengan pertanyaan mengapa saudaraku terkesan "ngotot ingin membeli Wiku?" Aku pun penasaran. Kucoba mencari informasi tentang "Perkutut Majapahit" di Google.
Di situ, terdapat banyak informasi tentang burung perkutut, termasuk perkutut Majapahit, namun secara umum banyak informasi yang hampir senada tentang "Burung Perkutut Majapahit," bahwa burung Perkutut Majapahit berhubungan dengan kisah-kisah jaman Majaphit, berhubungan dengan filosofi dan kesakralan tradisi budaya masyarakat Jawa yang di dalamnya terwarnai nilai-nilai ritual mistis. Keberadaan burung Perkutut Majapahit berhubungan dengan "Katuranggan" yang akan mempengaruhi pada kondisi kehidupan, pangkat, drajat, kewibawaan, dan kesejahteraan pemiliknya.
Di situ ada yang berpendapat, bahwa Perkutut Majapahit itu hanya ada 4 jenis dan ada juga yang menyebutkan 7 . Masing-masing memiliki "katuranggan-nilai-nilai kesakralan" yang berbeda.
Benarkah? Walau aku orang Jawa tulen Trah Mentaram, sepertinya aku hanya bisa berpendapat pada ranah renung-berimajinasi, bahwa suatu kepercayaan (percaya atau tidak) itu hak kemerdekaan azazi orang.
Jenis mana yang kumiliki?
Jenis Perkutut Majapahit:
Burung perkutut Majapahit jantan yang kuberi nama "Wijaya Kusuma atau Wiku" kubeli dari seorang penangkar burung perkutut di Mojokerto tahun 2016 saat Wiku berumur 3-4 bulan dengan harga yang lumayan mahal.
Saya tahu, burung Perkutut Majapahit itu termasuk burung perkutut Jawa lokal yang berbeda dengan burung perkutut Bangkok. Beda pada fisik dan suaranya (kicaunya). Perbedaan yang mencolok dan mudah diketahui oleh seorang awam pun, antara lain:
1. ukuran tubuh Perkutut Majapahit lebih kecil dari Perkutut Bangkok;
2. ukuran leher Perkutut Majapahit pendek. sedang leher Perkutut Bangkok jauh lebih panjang;
3. kicau Perkutut Majapahit pendek-pendek, namun bersuara kristal dengan tekanan: Huur ke te kuk (faktor leher pendek), sedangkan kicau Perkutut Bangkok secara umum lebih panjang dan melantun, dengan tekanan: Klao kuk-kuk-kuk-kuuuk. (faktor leher panjang).
Karena suara atau kicaunya itu banyak orang yang memelihara burung perkutut asal Thailand, negeri tetangga tersebut.
Mengapa saya membeli burung perkutut Majapahit?
Yah, mengapa saya membelinya? Jawabannya....hanya karena "suka dan merasakan kalau Perkutut Majapahit memiliki nuansa keanggunan." Perasaan yang demikian itu tidak kurasakan untuk burung-burung lainnya yang kupelihara (perkutut Bangkok, Jalak, Kacer, Love Bird, Trucukan, dan Cendhet).
Selanjutnya......, seorang saudara datang, sekedar dolan. Dari perputaran obrolan, tiba-tiba saudara saya menyatakan keinginannya membeli "Wiku" perkutut Majapahitku dengan menawarkan harganya. Saya cukup kaget. "Coba beli aja perkutut di bursa online," jawabku. Namun saudaraku itu menyatakan hanya ingin membeli "Wiku." Yah, sekali lagi jawaban nurut peraaanku pun serta-merta langsung menjawab "tidak menjual Wiku. Saudaraku itu tertawa. Saat akan pulang ia pun sempat memberikan harapan padaku, kalau mau menjual "Wiku" jangan ke orang lain, tapi hanya ke dia! Loh!
Hal penawaran membeli "Wiku" dari saudaraku itu terus terang saja cukup menggangguku dengan pertanyaan mengapa saudaraku terkesan "ngotot ingin membeli Wiku?" Aku pun penasaran. Kucoba mencari informasi tentang "Perkutut Majapahit" di Google.
Di situ, terdapat banyak informasi tentang burung perkutut, termasuk perkutut Majapahit, namun secara umum banyak informasi yang hampir senada tentang "Burung Perkutut Majapahit," bahwa burung Perkutut Majapahit berhubungan dengan kisah-kisah jaman Majaphit, berhubungan dengan filosofi dan kesakralan tradisi budaya masyarakat Jawa yang di dalamnya terwarnai nilai-nilai ritual mistis. Keberadaan burung Perkutut Majapahit berhubungan dengan "Katuranggan" yang akan mempengaruhi pada kondisi kehidupan, pangkat, drajat, kewibawaan, dan kesejahteraan pemiliknya.
Di situ ada yang berpendapat, bahwa Perkutut Majapahit itu hanya ada 4 jenis dan ada juga yang menyebutkan 7 . Masing-masing memiliki "katuranggan-nilai-nilai kesakralan" yang berbeda.
Benarkah? Walau aku orang Jawa tulen Trah Mentaram, sepertinya aku hanya bisa berpendapat pada ranah renung-berimajinasi, bahwa suatu kepercayaan (percaya atau tidak) itu hak kemerdekaan azazi orang.
Jenis mana yang kumiliki?
Jenis Perkutut Majapahit:
1 1. Perkutut Songgo Ratu
Perkutut
jenis ini memiliki jambul di kepala warna putih seperti mahkota. Kaki, paruh
serta bulu berwarna hitam. Kicauan Songgo Ratu juga tak begitu besar namun
model lekukkan suaranya seperti Perkutut pada umumnya.
Perkutut
Songgo Ratu diyakini mampu menolak santet dan bisa mendongkrak kewibawaan
pemiliknya. Burung ini merupakan kelompok kasta tertinggi dalam jenis Perkutut.
2 2. Perkutut Lurah
Sesuai
namanya, Perkutut jenis ini sering dipelihara orang-orang yang memiliki
kedudukan. Dari Perkutut Lurah ini dipercaya memancarkan aura kewibawaan bagi
sang pemilik.
Perkutut
Lurah memiliki corak warna lurik. Bulu pada bagian dada yang warnanya lebih
terang.
3 3. Perkutut Hitam/Kul Buntet/Cemani
Sesuai
namanya seluruh bulu Perkutut ini berwarna hitam. Masyarakat Jawa sering
menyebut jenis burung jenis ini sebagai Kul Buntet/Cemani.
Perkutut
Hitam disebut-sebut rajanya perkutut dan sering dikaitkan dengan suatu yang
berkaitan dengan hal gaib. Kol Buntet dipercaya memancarkan aura keberuntungan
bagi pemiliknya.
4 4. Perkutut Putih
Sebenarnya
Perkutut ini merupakan jenis albino (tak memiliki pigmen warna kulit) sehingga
akhirnya seluruh bulu serta kulitnya berwana putih. Seperti hewan albino
lainnya, Perkututu Putih memilik paruh serta bola mata warna merah terang.
Jenis
ini cukup langka karena fenomena albino merupakan bentuk mutasi yang jarang
terjadi. Kendati demikian masyarakat mempercayai Perkutut Putih mampu
memancarkan perlindungan bagi pemiliknya.
@@
Komentar
Posting Komentar